Foreword

The fact of storytelling hints at a fundamental human unease, hints at human imperfection. Where there is perfection there is no story to tell” Ben Okri

Bismillahirrahmanirrahiim.. jika ada kebaikan dari helai demi helai lembaran ini, itu adalah Allah dan jika ada ketidaksempurnaan.. itu adalah aku hamba-Nya..

Hampir 3 tahun, rasanya sudah cukup lama kutinggalkan lembaran-lembaran ceritaku pada salah satu situs blogger, aku berhenti menulis tentang berbagai kisahku; hari-hari yang kulalui bersama keluarga (suami dan anak-anak) juga dunia di sekelilingku. Aku berhenti berbagi tentang semua perasaan yang membuncah dan rasanya dunia seperti terhenti. Terhenti di satu titik, ketika kebahagiaan kami ditakdirkan berakhir dengan satu perpisahan yang membawa aku dan anak-anak tinggal dalam 1 atap dan laki-laki yang menjadi ayah anak-anakku di atap yang lain.

Dalam satu perjalanan hidup yang dimulai dengan keyakinan bahwa kita akan menjalani dan berbagi hidup dengan seseorang yang kita pilih menjadi pasangan hidup untuk berbahagia dengan keturunan-keturunan kita.. yang di dalamnya bahkan kita tidak pernah berpikir bahwa semuanya tiba-tiba berhenti di separuh jalan, dimana kita menemui persimpangan, perubahan haluan dan apa-apa yang kita inginkan tidak lagi sama. People change during the journey.., bisa saja kita yang berubah atau dia yang berubah.. lalu kita terhenyak pada kenyataan semua tidak lagi sama, tidak lagi nyaman.. bahkan sepertinya berubah menjadi ikatan yang membelenggu dan kita ingin keluar dari belenggu itu.

Aku tidak bisa mengingat bagaimana lembaran-lembaran berceritaku berubah dari kisah-kisah yang membahagiakan pelan-pelan menjadi tulisan-tulisanku yang tersamar tentang jeritan hatiku, kesedihan dan pilu yang kurasakan..hingga akhirnya aku berhenti tak sanggup lagi menuliskannya.

But somehow.., aku tidak mampu menutup account blog itu, aku tidak sanggup menghapus bagian-bagian tertentu yang menceritakan tentang kebahagiaan yang pernah kumiliki..apalagi banyak bagian-bagian yang menceritakan proses tumbuh kembang anak-anak kami. Memang tak ada satupun yang abadi di dunia ini, semua hanya satu perjalanan yang kita lalui menuju bagian lain dari keberadaan kita sebagai makhluk Tuhan. Kita lahir, tumbuh besar, dewasa, menikah, bahagia atau tidak bahagia..lalu mati dan menyeberang ke dunia yang lain seperti dituliskan dalam kitab Allah.

So, here I am..memulai lembaran blog yang lain, seperti membuka lembaran baru di kehidupanku bersama anak-anak. Memungut apa yang tersisa dan mencari bagian-bagian lain bagai sebuah puzzle..membangun hidup ini kembali.

Aku menyebut dan memulainya dengan ketidaksempurnaan.., seperti kalimat yang kukutip di atas.. kenyataan dari sebuah kisah.. bahwa tak kan ada kisah, jika yang ada hanya kesempurnaan. Faktanya dunia infotainment tak kan tumbuh subur jika tak ada ketidaksempurnaan dan betapa orang sangat menggemari ketidaksempurnaan orang lain. Dan bagi sebagian orang lain ketidaksempurnaan bahkan menjadi inspirasi untuk merubah kehidupannya. Di lembaran ini, aku akan menuliskan babak baru hidupku yang dimulai dengan imperfection.. Bukan karena aku ingin meratapi kehidupan, tapi ingin kutuliskan bagaimana kami survive bangkit dari banyak kesedihan dan dalam setiap partikel ketidaksempurnaan ini memacu kami untuk terus menjadi pribadi yang utuh walau kami adalah bagian dari puzzle yang berserakan dan tak utuh lagi.

So we pick up what we have, we stand and move on.. We are the survival.. Insha Allah..

Leave a comment